Minggu, 30 Januari 2011

Ini Surat Dariku Ibu.


      Entah mengapa aku ingin menulis surat ini untukmu, bu. Padahal ku tahu, mungkin Engkau tak akan membacanya dan tak akan pernah membacanya. Tapi , sepintas aku mengingat pesan dari ayah. Jika aku merindukan Ibu, tulislah surat untuk Ibu dan percayalah bahwa Ibu akan membacanya. Namun aku sadar bu, ayah hanya ingin membuatku tenang, hanya ingin membuatku tersenyum, dan hanya ingin melegakan hatiku. Tapi aku tetap saja menulis , menulis , dan menulis surat untukmu , untukmu, dan hanya untukmu, walau akhirnya surat itu kusimpan kembali dalam pelukanku . 

            Bu, jika setan sedang masuk kedalam pikiranku, aku terkadang ingin marah kepadamu. Mengapa kau hanya memberikan waktu 3 bulan saja bersamaku, sejak kulahir dari rahimmu ? mengapa bu ? Ini teramat tak adil untukku , bu . Aku ingin seperti mereka.. Seperti teman-temanku yang lain. Mereka sering bercerita kepadaku , setiap malam mereka selalu dibacakan dongeng , menemani mereka , dan selalu ada saat mereka berkeluh kesah . Aku rindu masa kecilku ,bu. Saat kau mengangkat aku tinggi-tinggi setelah aku mandi, mengajakku berkeliling saat aku menangis, bahkan engkau senantiasa sabar menjawab ketika seringkali orang-orang menanyakan tentang diriku. Ah rasanya amarahku tidak sebanding dengan rasa cintaku terhadap dirimu. 

Kini anakmu ini semakin dewasa ,bu. Kurasa , ibu tak salah memilih seorang suami. Yah, Ayah adalah seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab . Beliau mengajariku tentang berartinya sebuah kelembutan dalam hidup. Kelembutan itulah yang membuatku semakin tegar saat dunia menyikapi aku dengan kasar. Ayah mengajariku tentang pentingnya mencintai semua orang, terutama orang-orang yang tak seberuntung kita. Karena dari situlah kita akan jauh merasa lebih rendah hati dan menghargai orang lain. Semakin dewasa, rasanya semakin kuat dunia ini menghimpitku bu. Masalah yang kuterima semakin sulit. Aku Cuma butuh dirimu,bu. Aku hanya ingin bercerita tentang apa yang aku alami sampai sekarang ini. Aku ingin sekali merengek didepanmu saat aku tak mampu lagi memecahkan masalahku. Merengek bukan untuk dikasihani, tapi supaya ibu mampu membantuku bangkit dari kubur. Kusebut kubur , karena sebenarnya jiwaku telah mati bu. Aku merasa sendiri, aku merasa bahwa Allah menyuruhku untuk menyelesaikan itu sendiri. Entah apa tujuan-Nya, tapi aku yakin akan ada sesuatu yang baik untukku , untuk hidupku, dan untuk semua yang ada disekitarku. 

Bu, ada sesuatu hal yang ingin ku beritahu pada ibu. Maaf jika baru sekarang aku bercerita tentang ini. Aku tak tahu apa ibu sudah tahu atau belom. Tapi izinkan aku bercerita , tolong jangan marah padaku, biarkan aku bercerita dan biarkan aku menjelaskan , setelah itu aku siap mendengarkan semua nasihat ataupun marah ibu jika ini dianggap salah atau belom saatnya. Aku jatuh cinta bu hehehe, cintaku mengalir pada seorang laki-laki yang lebih dewasa dibandingkan aku . Dia sederhana, lembut, bertanggung jawab. Aku menyayanginya bu, karena dia teramat menyayangi Tuhannya dan kedua orangtuanya. Dia tak pernah kasar padaku , tak pernah membentakku, dan tak pernah mengabaikanku. Ah aku sendiri saja tidak tahu mengapa dia mampu membuka hatiku, padahal aku sangat yakin tak ada orang yang dapat menggantikan m dihatiku. Ibu taukan siapa yang aku maksud. Nah, katakan bu apa yang ingin ibu katakan jika itu terbaik untukku tapi jangan ibu katakan jika itu akan menyakiti hati ibu. Jalanilah hidupmu yang sekarang, karena aku juga akan menjalani hidupku. Tak perlu khawatir bu, aku tak selemah yang ibu kira. Aku akan lemah jika ibu tak lagi menyayangiku, dan tak lagi merindukanku.